Pengamat penerbangan dan analis independen bisnis penerbangan nasional Gatot Rahardjo menyebut tren penuruan harga tiket pesawat yang sedang terjadi di tingkat global nyatanya tidak dapat berlaku di dalam negeri.
Pengamat penerbangan dan analis independen bisnis penerbangan nasional Gatot Rahardjo menyebut tren penuruan harga tiket pesawat yang sedang terjadi di tingkat global nyatanya tidak dapat berlaku di dalam negeri.
Wanita di bandara poto by gettyimages.com
BBC Daily - Pengamat penerbangan dan analis independen bisnis penerbangan nasional Gatot Rahardjo menyebut tren penuruan harga tiket pesawat yang sedang terjadi di tingkat global nyatanya tidak dapat berlaku di dalam negeri.
Menurut Gatot, dalam konteks kinerja maskapai penerbangan dalam negeri saat low season, harga tiket domestik hanya bisa turun hingga ambang tertentu sesuai dengan ketentuan tarif batas bawah (TBB). Sebaliknya, saat peak season, harga hanya bisa naik hingga batas maksimal sesuai dengan tarif batas atas (TBA).
Diberlakukannya aturan TBA dan TBB tersebut membuat banderol harga tiket maskapai penerbangan di Indonesia acapkali tidak sejalan dengan tren yang terjadi di tingkat global. Gatot menyebut maskapai internasional, berbeda dengan di RI, memiliki kebebasan untuk menentukan harga tiketnya sendiri berdasarkan hukum penawasan dan permintaan penerbangan.
"Sebenarnya kalau di penerbangan Internasional itu kan tarif tidak diatur. Jadi maskapai bisa menerapkan harga tiketnya mulai harga yang terendah pada saat low season dan nanti akan menaikkan harga sangat tinggi pada waktu peak season," jelas Gatot saat dihubungi, dikutip Sabtu (27/7/2024).
"[Kondisi] ini beda dengan di penerbangan domestik Indonesia. Pada saat low season hanya bisa menurunkan harga sampai TBB, sedangkan saat peak season hanya bisa sampai TBA. Kalau tiket internasional bisa lebih rendah dari TBB dan bisa lebih tinggi dari TBA," sambung Gatot.
Suasana calon penumpang pesawat saat arus mudik di Terminal 3, Bandara Soetta, Sabtu (6/4/2024).
Baca Juga
Bila Indonesia ingin mengikuti tren pasar penerbangan Internasional, maka aturan TBB atau TBB diserahkan kembali ke masing-masing maskapai. Namun, Gatot merasa sangsi akan hal tersebut lantaran, menurutnya, pemerintah lebih cenderung tetap mengatur tarif tetapi dengan mengendalikan biaya yang nantinya dikeluarkan maskapai.
Fenomena Wajar
Adapun, penurunan harga tiket pesawat yang terjadi secara global belakangan ini disebutnya sebagai hal yang wajar terjadi lantaran pada periode Agustus hingga November, permintaan tiket pesawat cenderung menurun karena bukan merupakan musim liburan.
Walhasil, maskapai biasanya menurunkan harga tiket untuk menarik lebih banyak penumpang pada periode ini. "Jadi kalau saat ini maskapai menurunkan harga tiket itu tren yang biasa," ungkapnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, dia berpendapat maskapai penerbangan Indonesia bisa menangkap peluang dari kejadiaan tersebut untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. Salah satunya dengan diadakannya penerbangan internasional ke Indonesia melalui kerjasama dengan maskapai luar negeri.
"Maskapai luar negeri itu bisa kerjasama dengan maskapai nasional, sehingga nantinya turis menggunakan maskapai nasional untuk penerbangan domestik. Namun, ini juga harus ditunjang dengan atraksi dan sarana-prasarana wisata yang baik sehingga wisatawan luar negeri mau berkunjung ke Indonesia," pungkasnya.
Sekadar informasi, tarif internasional secara global turun 6% dalam enam bulan pertama 2024 dibandingkan dengan periode tahun lalu, menurut data Flight Center.
Penerbangan keluar Australia 13% lebih murah, sementara tarif ke Indonesia —tempat asal Bali, salah satu destinasi liburan favorit Australia — merosot 18%, kata Flight Center. Harga akan terus turun karena krisis biaya hidup membuat konsumen lebih sensitif terhadap harga.
Akibat maskapai penerbangan yang berada di bawah tekanan berupaya untuk mengisi pesawat beberapa bulan sebelum keberangkatan, ada kesepakatan untuk pemesanan awal, misalnya dengan mengutip tur 10 hari ke China, termasuk penerbangan dan akomodasi, yang ditawarkan dengan harga A$999 (US$658).
Di samping itu, penurunan tarif masih meresahkan beberapa bos maskapai penerbangan dan meresahkan investor. Indeks Bloomberg World Airlines, yang mencakup American Airlines Group Inc, Air China Ltd, dan Deutsche Lufthansa AG, turun sekitar 15% dalam 12 bulan terakhir.
Presiden Emirates Tim Clark, dalam sebuah wawancara di Farnborough Air Show, mengecam cara beberapa maskapai penerbangan tiba-tiba memangkas tarif, dan memperingatkan bahwa hal itu berisiko memicu “perlombaan menuju titik terendah.”
“Hanya dibutuhkan satu pemain besar untuk melakukannya dan semua orang melakukan hal yang sama,” kata Clark.
“Mereka harus menahan keberanian mereka. Karakteristik segmen yang mendorong bisnis kami telah berubah, jadi selaraskan titik harga Anda dengan hal tersebut dan ini adalah kisah yang berkembang, bukan kisah yang menyusut.”
“Sejauh yang saya tahu, selama A380 ke Heathrow penuh enam kali sehari dan saya bisa mendapatkan hasil seperti yang saya dapatkan, saya tidak akan berubah,” katanya.
Like
Dislike
Love
Angry
Sad
Funny
Wow
10 Situs Penghasil Uang Terbaik untuk Menambah Penghasilan Anda di Tahun 2024
July 09, 2024
Comments 0